11 hari backpacker keliling sumatera barat
![]() |
Camping depan air terjun |
Camp di Air Terjun Lembah Harau, Payakumbuh.
Halo kawan
kawan online. Btw lama banget ya aku gak update di blog ini. Ya habis gimana !?,
blognya masih sepi, belum banyak yang berkunjung, jadi berat banget bangun mood
nya buat nulis, untuk rajin nulis ngisi blog ini dengan cerita cerita
perjalanan aku.
Padahal tuh
ya, sumber ceritanya berdasarkan pengalaman pribadi kan, jadi gak terlalu
pusing untuk merangkai cerita. Paling hanya mengulas balik hal hal yang sudah
di lalui. Tapi tetap saja, motivasi buat nulisnya belum ada, jadi ya begini. Setelah
sekian lama, barulah akhirnya sekarang kembali membuka laptop, bermain dengan keyboard, dan akhirnya mulai menuliskan
cerita perjalanan yang sudah sangat lama.
Yups, cerita kali
ini aku buka dengan sedikit nuansa Minang ya, karena katanya gadis minang itu
cantik-cantik wkwk, kalau kata lawan aku, eh kawan aku hehe, maklum typo. Jadi
gadis minang cantik-cantik tuh artinya padusi
minang ko rancak-rancak, iya gak sih? Hehe, sepertinya bukan itu artinya
yang tepat, yang tadi aku ngarang sih, sebentar aku tanya kawan aku yang orang
minang, yang cewek? Oke baik, aku akan Tanya ke teman aku yang cewek, tapi
nanti jangan digodain ya, wkwkw, sebentar...
Oke sudah aku
chat di Whatsapp ya, tapi belum dibalas, bagaimana? mau menunggu balasannya
dulu? kelamaan gak sih?, masih pagi juga sih ini, ya kurang tahu juga aku, dia bangunnya jam berapa.
Aku dongengin saja
dulu ya, heheh, gak deng cerita cerita aja.
Nah kenapa
cerita tentang SUMATERA BARAT yang pertama kali aku ceritakan kali ini,
karena jujur, itu perjalanan backpacker aku yang pertama kali, padahal saat itu
aku baru pindah ke Pekanbaru, jadi ketika aku cerita dengan sangat semangat ke
kawan-kawan aku di Pekanbaru ini, ya mungkin mereka responnya biasa aja,
hehehe, ya iya, Pekanbaru - Sumbar itu dekat, gak sampai seharian sudah sampai saja
di Bukittinggi.
Tapi itu
backpacker pertama kali sih ya, tapi kalau di bilang pengalaman jalan-jalan
atau berpetualang sih ya bukan yang pertama juga. Ya kali, sedih banget kalau
itu perjalanan pertama aku, padahal itu sudah tahun 2018 loh, sementara aku
lahir tahu n ‘97, huhuh,
telat banget kan kalau baru pertama kali jalan jalan, hehe, sombong banget nih
anak ya?.
Di tahun 2018
akhir, setelah kembali ke tanah Sumatera. Yang waktu itu aku masih belum banyak
referensi perjalanan. Sangat-sangat minim. Waktu itu aku memutuskan untuk
backpackeran keliling Sumatera Barat. Ya berhubung aku juga belum pernah ke
Sumatera Barat. Sumpah!, bahkan aku hanya tau cerita Malin Kundang doang, dan
itupun dari cerita yang ada dibuku sekolah.
Dan aku rasa
itu juga waktu pertama kalinya aku beranikan diri untuk backpackeran lama dan
jauh. Sebelumnya aku banyak baca blog, artikel, dan nonton film yang berisi
cerita-cerita perjalanan, seperti 127 hours, Everest, the wild, ada juga aku
baca buku nya trinity ; the naked traveller, ngulik akun instagram nya trinity,
backpacker tampan, jalan dulu, ah masih banyak lagi yang bikin aku iri dengan
mereka, dengan perjalanan-perjalanan mereka, dengan karya-karya mereka. Huh…. Masih
banyak banyak menghayal nih. Hehe.
Yaudah lah ya
curhatnya, wkwk.
●
Uang dikit. Modal nebeng
Nah, akhirnya
fix-lah perjalanan ini akan dimulai, akhir tahun 2018 aku mulai jalan, ya hanya
modal uang 300rb dan Google Maps, melangkahlah kaki ini ke tepian luar
Pekanbaru, menuju jalur lintas, kalau sekarang itu jadi tempat favorit aku
kalau mau cari tumpangan ke Sumbar,
karena kenyataannya setelah aku selesai backpackeran itu, aku masih sering
bolak-balik Sumbar, biasanya sih ke gunung atau sekedar main ke Bukittinggi,
gabut gak jelas sih wkwkw.
Itu nama
daerahnya Rimbo Panjang, anak Pekanbaru pasti pada tahu ya?, jaraknya dekat dari kampus UIN SUSKA dan
dekat dari para penjual nanas, berderet, panjang, nanaaaaaaas semua, hehehe, ya
tapi aku tidak pernah beli, tidak terlalu suka, heheh.
Jadi diawali
dengan mencari tumpangan dipagi hari, dan tujuan awalku adalah ke Lembah Harau,
ya modal maps juga sih itu, karena malam sebelum berangkat aku coba cari
referensi tempat yang bisa jadi daya tarik buat aku, heheh, dan akhirnya dapet tumpangan,
tapi dekat sih, itu kalau gak salah nama daerahnya Kuok, tapi bagi aku ya
lumayan jauh sih, bahkan nih ya, sebelum sampai yang namanya Kuok, Bangkinang saja,
itu aku baru pertama kali lewat kesana, wkwkwk, padahal dari Pekanbaru cuma 1
jam, parah sih itu.
Ya karena
belum sampai tujuan, aku lanjut lagi nyari tumpangan, dapet lagi deh tumpangan
truk Fuso, heheh, agak lama sih emang tapi its oke lah, dari pada jalan kaki
wkwkw, nah kalau truk ini memang jauh, gileee kalau jalan kaki mungkin tengah
malem baru sampe sini, ini nih daerah Koto 50 atau 50 Koto atau Lima Puluh
Koto, ya begitu lah, itu setelah perbatasan, dan akhirnya truknya sudah sampai
ditujuannya, si bapak yang bawa truk itu mau ke terminal pengambilan kerikil,
ya begitu sih kalau gak salah, itu belum masuk siang sih, mungkin sekitar jam 11
an.
Dan aku lanjut
dengan jalan pelan-pelan sambil melambai-lambaikan tangan heheh, barangkali ada
yang berhenti dan mau kasih aku tumpangan. Ternyata kali ini agak lama dapet
tumpangannya, selain karena sepi dan jarang kendaraan lewat, tapi sekalinya lewat
“kuuuuenceng” banget, karena memang kondisi jalan sepi dan lapang, hadeh, gawat
nih, hehe, ya mulai ragu sih, karena ini kan pertama kali aku hitching.
Ketika hari sudah
mulai siang dan aku masih terus usaha melambaikan tangan, akhirnya ada mobil
pribadi yang berhenti, dibuka kaca sebelah kiri dan aku berjalan mendekati
mobil itu, lalu aku tanya.
Aku : bang boleh numpang?
Abang : mau kemana dek?
Aku : saya mau
ke harau bang, abang lewat sana gak?
Abang : saya mau ke Payakumbuh.
Aku : oh gak papa bang, sesampai abangnya aja.
Abang : tapi saya travel dek.
Aku : oh, gitu
ya bang, yasudah deh bang, saya cari tumpangan yang lain aja.
Abang : yasudah
masuk. Itung itung mancing rezeki pagi
Aku : beneran
bang? Makasih ya bang.
![]() |
Singgah sejenak di kelok 9 |
Wah akhirnya
dapet tumpangan juga heheh, senang banget dong, tapi nih ya, pas lagi berusaha
minta tumpangan tadi, aku gak tahu loh
Payakumbuh itu dimana, hehe. Jadi setelah masuk dan mobil mulai jalan aku coba
buka maps dan cari tahu Harau itu dimana, setelah lihat maps, ternyata
Harau itu masih 1 Kabupaten dengan Payakumbuh, sedangkan aku juga belum tahu Payakumbuh, wkwkw, kacau banget aku nih.
Ya selama
perjalanan yang cukup jauh itu, kita ngobrol-ngobrol sih di mobil, aku sih lupa
di mobil ngobrolin apa saja, karena cerita ini aku tulis di tahun 2022, dan itu
pengalaman 2018, ini saja ketika aku menulis cerita, aku sedang mencoba
mengingat dengan sangat ekstra heheh.
●
Camping yang mengerikan
Balik kecerita
aku dimobil itu, kira-kira 4 jam berlalu, akhirnya aku sampai di simpang Harau,
agak sulit sih mendeskripsikannya, tapi mungkin kalau kawan-kawan sudah ada
yang pernah ke Lembah Harau, akan bisa membayangkan dimana aku sedang berdiri
saat itu, intinya itu dipersimpangan yang ada gapura selamat datang jika kita
ingin menuju Lembah Harau, nah karena aku berniat untuk camping di air terjun Lembah Harau, itu pun aku tahu tentang air terjun karena sudah cari referensi
juga sebelumnya, hehe. Jadi aku tidak langsung pergi ke arah Lembah Harau, aku
harus keliling dulu, mencari dan beli spritus, karena kompor yang aku bawa tu
kompor buatan sendiri, dari sampah minuman kaleng.
Setelah itu
baru deh mulai melangkah, masuk ke daerah Harau, jalan pelan-pelan, menapaki
aspal yang mulai meredam panas, heheh. Dan dijalan aku dihadiahkan sesuatu yang
gak pernah kudapatkan secara langsung, “gilaaaaa” yang kukatakan saat itu, karena
melihat pemandangan disekililing selama aku jalan kaki. Gimana nggak kagum
coba, sejauh pandanganku cuma sawah hijau dan rumah minang itupun jarang, lalu
seluas hamparan sawah itu, diujungnya seperti ditutup dengan tebing tinggi,
aseeeek, gilaa, macam di New Zealand saja ini pikirku, padahal belum pernah
juga ke New Zealand, sumpah sih ini, pemandangan kek gini, pertama kali aku
alami dalam hidup aku. Padahal kalau lihat kebelakang, sudah lumayan jauh loh
aku jalan kaki, tapi memang gak terasa kalau aku sudah berjalan jauh.
Eh BTW, sudah ada
balasan nih dari kawan aku, hehehe, sebentar ya aku salin dulu.
[3/1 15:16] Muhammad Faisal: Bahasa minangnya "gadis minang itu
cantik-cantik" Apa?
[3/1 16:02] Echa : Gadih minang tu rancak-rancak, Cantik itu
byk sii bahasa minangnya, Ada yg bilang rancak tp rancak lebih ke umum yg
nunjukin klo itu bagus, "Kamek" Ini lebih ke manis artinya, Tp org2
lebih familiar sama kata rancak kyknya.
Nah itu penjelasan
dari dia, namanya Resha, tapi ketika berkenalan denganku disebut namanya Echa, orang
Minang, tapi aku gak tahu daerah mana,
terakhir aku dengar kabar dia masih menunggu wisuda, mungkin sekarang sudah wisuda.
BTW terima kasih ya Cha, sudah bantu aku menjawab soal yang aku buat sendiri,
gak jelas sih aku memang, heheh.
Oke deh, kita
lanjut ke cerita lagi ya, kebanyakan bacot sih memang aku ini, sampai mana tadi?,
lupa kan, oh iya, jadi sepanjang jalan memang itulah pemandangan yang aku lihat,
dan karena aku mendapat pemandangan seperti itu, aku memang sengaja untuk
memilih jalan saja, tidak mencoba mencari tumpangan mobil atau motor, karena memang
sedang ingin menikmati perjalanan itu. Dan kalau tidak salah, aku berjalan
terus sampai pertigaan, lalu aku lihat papan penunjuk jalan, yang menunjukkan
kalau kekiri itu menuju ke Paralayang, sedangkan kekanan menuju air terjun.
Oh iya, jalan
itu sangat dekat dengan tebing yang tinggi tadi, dan aku tepat dibawahnya, jadi
kalau seandainya ada batu yang jatuh ke jalan gimana ya? Sepertinya akan ada
korban yang terluka, ya mudah-mudahan
orang-orang disini selalu selamat ya, aamiin.
Nah karena sudah
ada penunjuk jalan, dan karena aku juga sudah niatnya mau camping, jadi aku pilih kekanan, karena mau camping didekat air terjun, tapi sebenarnya rencana ini bukan hasil
rekomendasi dari siapapun, hanya saja memang dari dulu ingin camping dideket air terjun, karena dulu,
saat masih zaman SMK, main ke air terjun Ponot di Asahan, dan kepikiran buat camping disana tapi gak kesampaian,
hehe, makanya kali ini diniatin, sengaja bawa tenda segala.
Lalu aku coba
bertanya ke warga sekitar situ dan kata mereka air terjunnya memang masih jauh.
Dan baiklah pikirku, aku coba terus jalan dan ketika aku rasa-rasa, keadaan
dijalan itu beda, jalanan lebih padat dan macet, karena ketika aku jalan tadi memang
banyak mobil yang lewat, tapi karena jalannya lapang jadi terasa seperti
sedikit mobil yang lewat, ternyata dijalan ini beda, mungkin karena jalannya
sempit dan digunakan dua arah jadi padat merayap, aku saja bisa lomba lari
dengan mobil-mobilnya heheh, lalu karena memang keadaannya padat, aku mencoba
mendekati mobil pick up yang ada
didepanku dan aku tanya.
Aku : bang,
boleh numpang kedepan?
Abang : iya boleh, naiklah.
Wah, Langsung dibolehin
dong, aku langsung lompat, duduk santai di bak belakang, sambil menikmati
pemandangan yang ada disebelah kanan aku dan ternyata aku melihat pematang sawah
yang tadi aku lewati ketika jalan kaki, dan aku baru sadar, kalau ternyata
ketika aku jalan tadi sebenarnya aku bisa lewat jalan pintas, berjalan lewat
sawah itu, jadi aku kepikiran dan menggerutu ke diri sendiri “bego banget aku sampai muterin jalan itu”,
padahal lumayan jauh juga loh, wkwkw, tapi ya sudah, sudah dilewati juga, begitulah
kalau backpackeran, selalu menjelajah
tanpa panduan, jadi seperti menjelajah hutan yang belum pernah kita jelajahi,
segalanya serba dicoba lebih dulu baru tahu mana yang kurang tepat, hehehe.
Ya lebih
kurang 15 menit dan mobilnya juga lajunya sangat pelan, karena macet, jadi
memang agak lama, dan mobil yang aku tumpangi itu masuk ke daerah yang ada miniatur
bangunan gitu dan kalau gak salah namanya Kampung Eropa Lembah Harau, iya gak
sih? kalau salah mohon maaf ya, siapa tahu
pembaca buku ini ada yang pernah pergi kesana atau mungkin orang asli
sana, jadi kalau tadi aku salah menyebutkan nama tempatnya, maafin ya, maklum
lupa, hehe, malas searching juga sih,
hehe.
Jadi karena sudah
terlanjur numpang mobil itu, aku ikut masuk saja, pas turun ya aku pisah sama
mobil nya, maksudnya aku eksplor sendiri, gak mungkin juga aku ngikutin mereka
yang sedang liburan keluarga, hehe, sekalian bilang “makasih ya bang” lalu aku masuk
saja, mungkin saat itu masih sore, sekitar jam 5 an, jadi aku keliling-keliling
dulu, banyak replica bangunan Eropa sih, ya dengan ukuran yang lebih kecil
tentunya, ada menara Eifel, baling-baling Belanda, banyak sih, rumah-rumah
segitiga, ah banyak deh, wkwkw, aku saja tidak mengira akan masuk kedalam sini,
hehe, tapi menurut aku lokasinya oke kok, buat wisata keluarga, atau sekedar
mengisi waktu weekend, tapi maaf ya buat yang baca, kalau dicerita ini aku agak
norak, habis mau gimana, kalau dibilang pengalaman ya emang begini yang aku
dapatin, hehehe, tapi gak apa lah, buat cerita pembuka dulu hehe, masih halaman
awal nih, hehehe.
Gak lama sih
aku keliling disana, mungkin 15 menit, karena disana hanya lihat-lihat saja,
foto-foto, karena disana banyak area yang berbayar kalau ingin masuk, seperti
sepeda terbang, perahu, ya yang seperti itu lah. So, karena aku rasa sudah cukup
berkelilingnya, aku keluar dari sana dan lanjut mencari air terjun, bukan
mencari sih sebenarnya, mungkin lebih tepatnya nyamperin, karena memang sudah kelihatan
puncak air terjunnya dari tempat tadi.
Itu kalau dihitung-hitung
memang dekat banget dan aku mengira sih itu air terjunnya masih asri, eh belum
nyampe sono, sudah ketemu dengan tenda-tenda, eh bukan tenda sih, bangunan
semi-permanen yang dindingnya itu pakai terpal buat warga disana jualan, jadi
begitu kondisi air terjun disana, air terjun itu sudah tertutup dengan kendaraan
parkir dan warga yang jualan cinderamata, ya banyak sih cinderamata yang
dijual, seperti baju Tie Diy, itu baju pantai lah istilah nya, gantungan kunci,
dream catcher, apa sih ejaannya?, pokoknya arti Indonesia nya penangkap mimpi,
banyak deh, ada juga warung nasi, iya dong, mereka mah ambil peluang, yang
namanya orang liburan gak mungkin gak makan kan, yaudah, aku sih gak makan
disitu, hehe, kan aku bakal camping,
jadi yaudah, aku lewat aja, jalan pelan sambil lihat-lihat, sudah seperti wisatawan
saja ya, wkwkw, dan ya akhirnya sampai didasar air terjunnya, tapi itu sebelum
aku tahu kalau itu air terjun pertama,
jadi aku agak lama disana, cari tempat yang gak terlalu ramai dan yasudah duduk
dulu, nikmati dulu, sambil masak nasi, jadi ditunda dulu main airnya hehe, lalu
aku keluarkan amunisi dari dalam carrier aku, roti, beras, telur, dan kompor
andalan aku, wkwk. Bahkan aku masak saja pakai kaleng bekas minuman penyegar,
karena aku masak hanya untuk sendiri, jadi kalau bawa panci, aku rasa terlalu
besar dan berat nanti, apalagi perjalanan aku kan masih panjang.
Lalu setelah
aku siapkan berasnya, ya maksudnya sudah dicuci, langsung aku tengkrengin
diatas kompor portable, tahu gak sih tengkrengin? Ya istilahnya dinaikkan
ke api, ah gitu lah pokoknya, mulai dimasak gitu. Pasti aku masak bakal lama
nih, aku tinggal dong sekalian main air dulu, tapi aku ganti celana pendek dulu
dibalik batu besar, supaya gak dilihat orang, kan malu, hehe, karena kalau ke
tempat ganti bakal bayar 2000, sayang, kan lumayan tuh buat beli roti besok
pagi, hehe, iya dong, kalau lagi backpackeran gini harus hemat-hemat.
Langsung deh
tuh, masuk ke air pelan-pelan, mulai berendam dan ya jangan tanya lagi, sudah pasti
dingin, hehe. Asyik lah pasti, jangan dibayangin ya, nanti kalian jadi pingin
liburan, gak jadi deh baca buku aku sampai selesai, heheh. Padahal gak dalam
kan, yang paling dalam pun hanya sampai lutut, dan aku maksain buat berenang,
wkwkw, keliatan bangetkan noraknya hehe, gak papa lah ya, aslinya emang gak pernah
diajak liburan sih heheh.
Sudah terlanjur
basah kuyup, lanjut dong mandi pancuran, hehe, kebetulan jatuh air nya gak
terlalu deras, jadi masih aman buat basah-basahin ala mandi hujan depan rumah,
heheh.
Berapa lama
nih main airnya? Sampai gak ingat kalau lagi masak nasi, hehe. Pas ingat pun
gak bisa langsung lari, ya turunnya mesti pelan-pelan, karena tadi naiknya
bukan seperti naik tangga, harus manjat-manjat batu gede, licin lagi, ada kayu
pula, yang tertancap tegak, ya kalau sembarang loncat dan ketusuk kan gak lucu,
hehe, gak jadi nulis buku dong.
Jadi memang
pelan-pelan turunnya, pas sudah turun juga gak bisa lari-lari, soalnya airnya
masih lumayan dalam lah, gak bisa dipaksa lari, lagian kalau lari-lari nanti
jadi pusat perhatian, malu kita, lari-lari cuma karena kelupaan masak nasi, ya
berharapnya sih gak gosong, tapi apalah daya, nasi sudah jadi kerak, wkwkw, memang
gosong, ya mau gak mau makan nasi gosong sore ini, hehe, ya sudahlah, diangkat
deh, pisahin dulu, terus bersihin kalengnya, setelah itu lanjut goreng telur. Ya
lumayan lah, masih banyak yang jadi nasi dari pada keraknya, tapi sebenarnya sudah
sangit aromanya, gak enak sih, apalagi masaknya pakai spritus hehe, tapi gak
boleh dibuang, apalagi lagi backpackeran kek gini, gak boleh terlalu mubazir,
yakan yakan yakan.
Sudahlah ya,
nanti kalau diceritain jadi cerita sedih, hehe, tapi ya itulah bagian dari perjalanannya,
ada serunya ya ada gak enaknya, tapi ya gak pahit-pahit banget lah ya, hehe.
Aku langsung
beres-beres tuh selesai makan, aku juga ganti baju kering, packing lagi, dan ya
cari tempat buat camping, kebetulan sudah
mulai petang sih, sekitar jam 6-an, tapi disana masih terang sih sebenarnya.
Lalu aku jalan
kebelakang lagi, ya karena ada jalan setapak yang sudah ada jalannya, gak
begitu jauh sih aku jalan kedalam dan kedengaran bunyi jatuhan air, tapi bukan
air terjun yang tadi sih, tapi mungkin karena aku belum pernah kesana, jadi
terasa jauh gitu, padahal ketika aku kesana lagi ya gak sampai 5 menit sih,
hehe.
Dan pas sampai
disana ya memang sudah gak ada orang, ada sih tapi sudah pada arah pulang, aku saja
yang arah datang hehe, ya lihat-lihat dulu sih, sekalian cari lokasi yang PW, posisi
wenak loh ya, jangan nethink hehe. Lalu ya aku tanya sama bapak yang ada disitu.
Aku : pak, biasanya orang camping
dimana ya?
Bapak : biasanya disitu dek.
Bapak itu
nunjuk ke arah depan air terjun, kelihatan sih lahan yang agak lapang, terus
dibawah pohon besar, itu sih sudah mulai gelap, jadi yasudah deh disitu saja
pikirku, gak jauh kok dari air terjun, jadi masih terasa vibes camping didekat
air terjun.
Tapi aku sih
gak pasang tenda, karena sepertinya cuaca malam ini akan cerah, jadi aku hanya
pasang hammock, itu seperti ayunan gitu, kalau kalian suka kegiatan outdoor pasti
tahu hammock deh. Tapi yang bahan parasut, jadi gak
berat kalau dibawa. Lagian nanggung juga sih, kalau pasang tenda, karena cuma tidur
bentar saja, hehe.
Yasudah karena
hari semakin gelap, ya aku cari kayu, buat pasang api unggun, enak sih kalau dibayangin,
camping sendiri, masak mie, sebelahan
sama api unggun, suara jangkrik, suara air jatuh, sama yang bikin serem tuh
suara anjing… hehe. Iya jadi bikin serem tuh, dari suaranya sih gak cuma satu
dan kok ya makin deket, hehe, ya gimana, jadi serem sih sebenernya, pikiran aku
jadi bayangin yang aneh-aneh, nanti kalau itu anjing liar dan gila mengejar aku
gimana? aku mau minta tolong kesiapa? Itu aja sih yang bikin deg-degan, hehe, sampai
lewat tengah malam aku masih gak bisa tidur, ya gimana perasaan masih gak
tenang dan suasana makin dingin, cuma modal sleeping
bag gimana bisa hangat, hehe, api unggun pun kalau gak dijaga bakal mati
juga nanti dan kalau sudah mati nyamuk mulai nyerang, daaaaaaan namanya juga
malam makin larut kan, ngantuk pun gak bisa dilawan dengan apapun, suara anjing
pun sudah gak lagi dihiraukan, biarlah paling kalau dia menggonggong dan
mendekat aku bakal kebangun, bahkan aku tidur di hammock bawa kayu buat jaga-jaga kalau anjing itu ada yang
mendekat, heheh, ya blesssssss, dan gak tahu
apa-apa lagi, sepertinya aku sudah tertidur pulas, wkwkw.
***
Aslinya sih
ceritanya masih panjang. Jadi kita sambung besok besok lagi ya. makasih banyak
lho udah bersedia meluangkan waktu kalian untuk baca tulisan aku ini. Gak keberatan
juga kok kalau mau di bagikan. Terimakasih ya. sehat sehat kaliaaaan.
Fyi. Untuk pengeluaran kali itu, aku habis sekitar 30 rban. Untuk persediaan makan malam dan sarapan pagi saat camping. Karena selama perjalanan, syukurnya aku dipertemukan orang baik, yang gak keberatan ngajak aku makan bareng.
Next kita sambung ceritanya yaaaaa
BalasHapusNanti ya bacanya
BalasHapusSaat situasi hening dan damai
Semangat semangat
Oalaaaah.... cuma komen doang... belum baca rupanyaaaa... kecewa lah
HapusKelanjutan nya bg
BalasHapusAda bang,, sabar yaaa hehehe.... kita bikin part part... biar gak kepanjangan ✌
HapusLanjutannya mana sal ?
BalasHapusAdaaaa... sellow... kepanjangan kalau di tulis 1 post, jadi kita tulis bertahap
Hapus