Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

11 hari backpacker keliling sumatera barat

Camping depan air terjun


Camp di Air Terjun Lembah Harau, Payakumbuh.

Halo kawan kawan online. Btw lama banget ya aku gak update di blog ini. Ya habis gimana !?, blognya masih sepi, belum banyak yang berkunjung, jadi berat banget bangun mood nya buat nulis, untuk rajin nulis ngisi blog ini dengan cerita cerita perjalanan aku.

Padahal tuh ya, sumber ceritanya berdasarkan pengalaman pribadi kan, jadi gak terlalu pusing untuk merangkai cerita. Paling hanya mengulas balik hal hal yang sudah di lalui. Tapi tetap saja, motivasi buat nulisnya belum ada, jadi ya begini. Setelah sekian lama, barulah akhirnya sekarang kembali membuka laptop, bermain dengan keyboard, dan akhirnya mulai menuliskan cerita perjalanan yang sudah sangat lama.

Yups, cerita kali ini aku buka dengan sedikit nuansa Minang ya, karena katanya gadis minang itu cantik-cantik wkwk, kalau kata lawan aku, eh kawan aku hehe, maklum typo. Jadi gadis minang cantik-cantik tuh artinya padusi minang ko rancak-rancak, iya gak sih? Hehe, sepertinya bukan itu artinya yang tepat, yang tadi aku ngarang sih, sebentar aku tanya kawan aku yang orang minang, yang cewek? Oke baik, aku akan Tanya ke teman aku yang cewek, tapi nanti jangan digodain ya, wkwkw,  sebentar...

Oke sudah aku chat di Whatsapp ya, tapi belum dibalas, bagaimana? mau menunggu balasannya dulu? kelamaan gak sih?, masih pagi juga sih ini, ya kurang tahu  juga aku, dia bangunnya jam berapa.

Aku dongengin saja dulu ya, heheh, gak deng cerita cerita aja.

Nah kenapa cerita tentang SUMATERA BARAT yang pertama kali aku ceritakan kali ini, karena jujur, itu perjalanan backpacker aku yang pertama kali, padahal saat itu aku baru pindah ke Pekanbaru, jadi ketika aku cerita dengan sangat semangat ke kawan-kawan aku di Pekanbaru ini, ya mungkin mereka responnya biasa aja, hehehe, ya iya, Pekanbaru - Sumbar itu dekat, gak sampai seharian sudah sampai saja di Bukittinggi.

Tapi itu backpacker pertama kali sih ya, tapi kalau di bilang pengalaman jalan-jalan atau berpetualang sih ya bukan yang pertama juga. Ya kali, sedih banget kalau itu perjalanan pertama aku, padahal itu sudah tahun 2018 loh, sementara aku lahir tahu n ‘97, huhuh, telat banget kan kalau baru pertama kali jalan jalan, hehe, sombong banget nih anak ya?.

Di tahun 2018 akhir, setelah kembali ke tanah Sumatera. Yang waktu itu aku masih belum banyak referensi perjalanan. Sangat-sangat minim. Waktu itu aku memutuskan untuk backpackeran keliling Sumatera Barat. Ya berhubung aku juga belum pernah ke Sumatera Barat. Sumpah!, bahkan aku hanya tau cerita Malin Kundang doang, dan itupun dari cerita yang ada dibuku sekolah.

Dan aku rasa itu juga waktu pertama kalinya aku beranikan diri untuk backpackeran lama dan jauh. Sebelumnya aku banyak baca blog, artikel, dan nonton film yang berisi cerita-cerita perjalanan, seperti 127 hours, Everest, the wild, ada juga aku baca buku nya trinity ; the naked traveller, ngulik akun instagram nya trinity, backpacker tampan, jalan dulu, ah masih banyak lagi yang bikin aku iri dengan mereka, dengan perjalanan-perjalanan mereka, dengan karya-karya mereka. Huh…. Masih banyak banyak menghayal nih. Hehe.

Yaudah lah ya curhatnya, wkwk.

 

                    Uang dikit. Modal nebeng

Nah, akhirnya fix-lah perjalanan ini akan dimulai, akhir tahun 2018 aku mulai jalan, ya hanya modal uang 300rb dan Google Maps, melangkahlah kaki ini ke tepian luar Pekanbaru, menuju jalur lintas, kalau sekarang itu jadi tempat favorit aku kalau mau cari tumpangan  ke Sumbar, karena kenyataannya setelah aku selesai backpackeran itu, aku masih sering bolak-balik Sumbar, biasanya sih ke gunung atau sekedar main ke Bukittinggi, gabut gak jelas sih wkwkw.

Itu nama daerahnya Rimbo Panjang, anak Pekanbaru pasti pada tahu  ya?, jaraknya dekat dari kampus UIN SUSKA dan dekat dari para penjual nanas, berderet, panjang, nanaaaaaaas semua, hehehe, ya tapi aku tidak pernah beli, tidak terlalu suka, heheh.

Jadi diawali dengan mencari tumpangan dipagi hari, dan tujuan awalku adalah ke Lembah Harau, ya modal maps juga sih itu, karena malam sebelum berangkat aku coba cari referensi tempat yang bisa jadi daya tarik buat aku, heheh, dan akhirnya dapet tumpangan, tapi dekat sih, itu kalau gak salah nama daerahnya Kuok, tapi bagi aku ya lumayan jauh sih, bahkan nih ya, sebelum sampai yang namanya Kuok, Bangkinang saja, itu aku baru pertama kali lewat kesana, wkwkwk, padahal dari Pekanbaru cuma 1 jam, parah sih itu.

Ya karena belum sampai tujuan, aku lanjut lagi nyari tumpangan, dapet lagi deh tumpangan truk Fuso, heheh, agak lama sih emang tapi its oke lah, dari pada jalan kaki wkwkw, nah kalau truk ini memang jauh, gileee kalau jalan kaki mungkin tengah malem baru sampe sini, ini nih daerah Koto 50 atau 50 Koto atau Lima Puluh Koto, ya begitu lah, itu setelah perbatasan, dan akhirnya truknya sudah sampai ditujuannya, si bapak yang bawa truk itu mau ke terminal pengambilan kerikil, ya begitu sih kalau gak salah, itu belum masuk siang sih, mungkin sekitar jam 11 an.

Dan aku lanjut dengan jalan pelan-pelan sambil melambai-lambaikan tangan heheh, barangkali ada yang berhenti dan mau kasih aku tumpangan. Ternyata kali ini agak lama dapet tumpangannya, selain karena sepi dan jarang kendaraan lewat, tapi sekalinya lewat “kuuuuenceng” banget, karena memang kondisi jalan sepi dan lapang, hadeh, gawat nih, hehe, ya mulai ragu sih, karena ini kan pertama kali aku hitching.

Ketika hari sudah mulai siang dan aku masih terus usaha melambaikan tangan, akhirnya ada mobil pribadi yang berhenti, dibuka kaca sebelah kiri dan aku berjalan mendekati mobil itu, lalu aku tanya.

Aku  : bang boleh numpang?

Abang  : mau kemana dek?

Aku : saya mau ke harau bang, abang lewat sana gak?

Abang  : saya mau ke Payakumbuh.

Aku  : oh gak papa bang, sesampai abangnya aja.

Abang  : tapi saya travel dek.

Aku : oh, gitu ya bang, yasudah deh bang, saya cari tumpangan yang lain aja.

Abang : yasudah masuk. Itung itung mancing rezeki pagi

Aku : beneran bang? Makasih ya bang.


Singgah sejenak di kelok 9


Wah akhirnya dapet tumpangan juga heheh, senang banget dong, tapi nih ya, pas lagi berusaha minta tumpangan tadi, aku gak tahu  loh Payakumbuh itu dimana, hehe. Jadi setelah masuk dan mobil mulai jalan aku coba buka maps dan cari  tahu  Harau itu dimana, setelah lihat maps, ternyata Harau itu masih 1 Kabupaten dengan Payakumbuh, sedangkan aku juga belum  tahu  Payakumbuh, wkwkw, kacau banget aku nih.

Ya selama perjalanan yang cukup jauh itu, kita ngobrol-ngobrol sih di mobil, aku sih lupa di mobil ngobrolin apa saja, karena cerita ini aku tulis di tahun 2022, dan itu pengalaman 2018, ini saja ketika aku menulis cerita, aku sedang mencoba mengingat dengan sangat ekstra heheh.

 

                    Camping yang mengerikan

Balik kecerita aku dimobil itu, kira-kira 4 jam berlalu, akhirnya aku sampai di simpang Harau, agak sulit sih mendeskripsikannya, tapi mungkin kalau kawan-kawan sudah ada yang pernah ke Lembah Harau, akan bisa membayangkan dimana aku sedang berdiri saat itu, intinya itu dipersimpangan yang ada gapura selamat datang jika kita ingin menuju Lembah Harau, nah karena aku berniat untuk camping di air terjun Lembah Harau, itu pun aku  tahu  tentang air terjun karena sudah cari referensi juga sebelumnya, hehe. Jadi aku tidak langsung pergi ke arah Lembah Harau, aku harus keliling dulu, mencari dan beli spritus, karena kompor yang aku bawa tu kompor buatan sendiri, dari sampah minuman kaleng.

Setelah itu baru deh mulai melangkah, masuk ke daerah Harau, jalan pelan-pelan, menapaki aspal yang mulai meredam panas, heheh. Dan dijalan aku dihadiahkan sesuatu yang gak pernah kudapatkan secara langsung, “gilaaaaa” yang kukatakan saat itu, karena melihat pemandangan disekililing selama aku jalan kaki. Gimana nggak kagum coba, sejauh pandanganku cuma sawah hijau dan rumah minang itupun jarang, lalu seluas hamparan sawah itu, diujungnya seperti ditutup dengan tebing tinggi, aseeeek, gilaa, macam di New Zealand saja ini pikirku, padahal belum pernah juga ke New Zealand, sumpah sih ini, pemandangan kek gini, pertama kali aku alami dalam hidup aku. Padahal kalau lihat kebelakang, sudah lumayan jauh loh aku jalan kaki, tapi memang gak terasa kalau aku sudah berjalan jauh.

Eh BTW, sudah ada balasan nih dari kawan aku, hehehe, sebentar ya aku salin dulu.

[3/1 15:16] Muhammad Faisal: Bahasa minangnya "gadis minang itu cantik-cantik" Apa?

[3/1 16:02] Echa : Gadih minang tu rancak-rancak, Cantik itu byk sii bahasa minangnya, Ada yg bilang rancak tp rancak lebih ke umum yg nunjukin klo itu bagus, "Kamek" Ini lebih ke manis artinya, Tp org2 lebih familiar sama kata rancak kyknya.

Nah itu penjelasan dari dia, namanya Resha, tapi ketika berkenalan denganku disebut namanya Echa, orang Minang, tapi aku gak tahu  daerah mana, terakhir aku dengar kabar dia masih menunggu wisuda, mungkin sekarang sudah wisuda. BTW terima kasih ya Cha, sudah bantu aku menjawab soal yang aku buat sendiri, gak jelas sih aku memang, heheh.




Oke deh, kita lanjut ke cerita lagi ya, kebanyakan bacot sih memang aku ini, sampai mana tadi?, lupa kan, oh iya, jadi sepanjang jalan memang itulah pemandangan yang aku lihat, dan karena aku mendapat pemandangan seperti itu, aku memang sengaja untuk memilih jalan saja, tidak mencoba mencari tumpangan mobil atau motor, karena memang sedang ingin menikmati perjalanan itu. Dan kalau tidak salah, aku berjalan terus sampai pertigaan, lalu aku lihat papan penunjuk jalan, yang menunjukkan kalau kekiri itu menuju ke Paralayang, sedangkan kekanan menuju air terjun.

Oh iya, jalan itu sangat dekat dengan tebing yang tinggi tadi, dan aku tepat dibawahnya, jadi kalau seandainya ada batu yang jatuh ke jalan gimana ya? Sepertinya akan ada korban yang terluka, ya  mudah-mudahan orang-orang disini selalu selamat ya, aamiin.



Nah karena sudah ada penunjuk jalan, dan karena aku juga sudah niatnya mau camping, jadi aku pilih kekanan, karena mau camping didekat air terjun, tapi sebenarnya rencana ini bukan hasil rekomendasi dari siapapun, hanya saja memang dari dulu ingin camping dideket air terjun, karena dulu, saat masih zaman SMK, main ke air terjun Ponot di Asahan, dan kepikiran buat camping disana tapi gak kesampaian, hehe, makanya kali ini diniatin, sengaja bawa tenda segala.

Lalu aku coba bertanya ke warga sekitar situ dan kata mereka air terjunnya memang masih jauh. Dan baiklah pikirku, aku coba terus jalan dan ketika aku rasa-rasa, keadaan dijalan itu beda, jalanan lebih padat dan macet, karena ketika aku jalan tadi memang banyak mobil yang lewat, tapi karena jalannya lapang jadi terasa seperti sedikit mobil yang lewat, ternyata dijalan ini beda, mungkin karena jalannya sempit dan digunakan dua arah jadi padat merayap, aku saja bisa lomba lari dengan mobil-mobilnya heheh, lalu karena memang keadaannya padat, aku mencoba mendekati mobil pick up yang ada didepanku dan aku tanya.

Aku : bang, boleh numpang kedepan?

 Abang : iya boleh, naiklah.

Wah, Langsung dibolehin dong, aku langsung lompat, duduk santai di bak belakang, sambil menikmati pemandangan yang ada disebelah kanan aku dan ternyata aku melihat pematang sawah yang tadi aku lewati ketika jalan kaki, dan aku baru sadar, kalau ternyata ketika aku jalan tadi sebenarnya aku bisa lewat jalan pintas, berjalan lewat sawah itu, jadi aku kepikiran dan menggerutu ke diri sendiri “bego banget aku sampai muterin jalan itu”, padahal lumayan jauh juga loh, wkwkw, tapi ya sudah, sudah dilewati juga, begitulah kalau backpackeran, selalu menjelajah tanpa panduan, jadi seperti menjelajah hutan yang belum pernah kita jelajahi, segalanya serba dicoba lebih dulu baru  tahu  mana yang kurang tepat, hehehe.

Ya lebih kurang 15 menit dan mobilnya juga lajunya sangat pelan, karena macet, jadi memang agak lama, dan mobil yang aku tumpangi itu masuk ke daerah yang ada miniatur bangunan gitu dan kalau gak salah namanya Kampung Eropa Lembah Harau, iya gak sih? kalau salah mohon maaf ya, siapa tahu  pembaca buku ini ada yang pernah pergi kesana atau mungkin orang asli sana, jadi kalau tadi aku salah menyebutkan nama tempatnya, maafin ya, maklum lupa, hehe, malas searching juga sih, hehe.

Jadi karena sudah terlanjur numpang mobil itu, aku ikut masuk saja, pas turun ya aku pisah sama mobil nya, maksudnya aku eksplor sendiri, gak mungkin juga aku ngikutin mereka yang sedang liburan keluarga, hehe, sekalian bilang “makasih ya bang” lalu aku masuk saja, mungkin saat itu masih sore, sekitar jam 5 an, jadi aku keliling-keliling dulu, banyak replica bangunan Eropa sih, ya dengan ukuran yang lebih kecil tentunya, ada menara Eifel, baling-baling Belanda, banyak sih, rumah-rumah segitiga, ah banyak deh, wkwkw, aku saja tidak mengira akan masuk kedalam sini, hehe, tapi menurut aku lokasinya oke kok, buat wisata keluarga, atau sekedar mengisi waktu weekend, tapi maaf ya buat yang baca, kalau dicerita ini aku agak norak, habis mau gimana, kalau dibilang pengalaman ya emang begini yang aku dapatin, hehehe, tapi gak apa lah, buat cerita pembuka dulu hehe, masih halaman awal nih, hehehe.

Gak lama sih aku keliling disana, mungkin 15 menit, karena disana hanya lihat-lihat saja, foto-foto, karena disana banyak area yang berbayar kalau ingin masuk, seperti sepeda terbang, perahu, ya yang seperti itu lah. So, karena aku rasa sudah cukup berkelilingnya, aku keluar dari sana dan lanjut mencari air terjun, bukan mencari sih sebenarnya, mungkin lebih tepatnya nyamperin, karena memang sudah kelihatan puncak air terjunnya dari tempat tadi.

Itu kalau dihitung-hitung memang dekat banget dan aku mengira sih itu air terjunnya masih asri, eh belum nyampe sono, sudah ketemu dengan tenda-tenda, eh bukan tenda sih, bangunan semi-permanen yang dindingnya itu pakai terpal buat warga disana jualan, jadi begitu kondisi air terjun disana, air terjun itu sudah tertutup dengan kendaraan parkir dan warga yang jualan cinderamata, ya banyak sih cinderamata yang dijual, seperti baju Tie Diy, itu baju pantai lah istilah nya, gantungan kunci, dream catcher, apa sih ejaannya?, pokoknya arti Indonesia nya penangkap mimpi, banyak deh, ada juga warung nasi, iya dong, mereka mah ambil peluang, yang namanya orang liburan gak mungkin gak makan kan, yaudah, aku sih gak makan disitu, hehe, kan aku bakal camping, jadi yaudah, aku lewat aja, jalan pelan sambil lihat-lihat, sudah seperti wisatawan saja ya, wkwkw, dan ya akhirnya sampai didasar air terjunnya, tapi itu sebelum aku tahu  kalau itu air terjun pertama, jadi aku agak lama disana, cari tempat yang gak terlalu ramai dan yasudah duduk dulu, nikmati dulu, sambil masak nasi, jadi ditunda dulu main airnya hehe, lalu aku keluarkan amunisi dari dalam carrier aku, roti, beras, telur, dan kompor andalan aku, wkwk. Bahkan aku masak saja pakai kaleng bekas minuman penyegar, karena aku masak hanya untuk sendiri, jadi kalau bawa panci, aku rasa terlalu besar dan berat nanti, apalagi perjalanan aku kan masih panjang.

Lalu setelah aku siapkan berasnya, ya maksudnya sudah dicuci, langsung aku tengkrengin diatas kompor portable, tahu  gak sih tengkrengin? Ya istilahnya dinaikkan ke api, ah gitu lah pokoknya, mulai dimasak gitu. Pasti aku masak bakal lama nih, aku tinggal dong sekalian main air dulu, tapi aku ganti celana pendek dulu dibalik batu besar, supaya gak dilihat orang, kan malu, hehe, karena kalau ke tempat ganti bakal bayar 2000, sayang, kan lumayan tuh buat beli roti besok pagi, hehe, iya dong, kalau lagi backpackeran gini harus hemat-hemat.

Langsung deh tuh, masuk ke air pelan-pelan, mulai berendam dan ya jangan tanya lagi, sudah pasti dingin, hehe. Asyik lah pasti, jangan dibayangin ya, nanti kalian jadi pingin liburan, gak jadi deh baca buku aku sampai selesai, heheh. Padahal gak dalam kan, yang paling dalam pun hanya sampai lutut, dan aku maksain buat berenang, wkwkw, keliatan bangetkan noraknya hehe, gak papa lah ya, aslinya emang gak pernah diajak liburan sih heheh.

Sudah terlanjur basah kuyup, lanjut dong mandi pancuran, hehe, kebetulan jatuh air nya gak terlalu deras, jadi masih aman buat basah-basahin ala mandi hujan depan rumah, heheh.

Berapa lama nih main airnya? Sampai gak ingat kalau lagi masak nasi, hehe. Pas ingat pun gak bisa langsung lari, ya turunnya mesti pelan-pelan, karena tadi naiknya bukan seperti naik tangga, harus manjat-manjat batu gede, licin lagi, ada kayu pula, yang tertancap tegak, ya kalau sembarang loncat dan ketusuk kan gak lucu, hehe, gak jadi nulis buku dong.

Jadi memang pelan-pelan turunnya, pas sudah turun juga gak bisa lari-lari, soalnya airnya masih lumayan dalam lah, gak bisa dipaksa lari, lagian kalau lari-lari nanti jadi pusat perhatian, malu kita, lari-lari cuma karena kelupaan masak nasi, ya berharapnya sih gak gosong, tapi apalah daya, nasi sudah jadi kerak, wkwkw, memang gosong, ya mau gak mau makan nasi gosong sore ini, hehe, ya sudahlah, diangkat deh, pisahin dulu, terus bersihin kalengnya, setelah itu lanjut goreng telur. Ya lumayan lah, masih banyak yang jadi nasi dari pada keraknya, tapi sebenarnya sudah sangit aromanya, gak enak sih, apalagi masaknya pakai spritus hehe, tapi gak boleh dibuang, apalagi lagi backpackeran kek gini, gak boleh terlalu mubazir, yakan yakan yakan.

Sudahlah ya, nanti kalau diceritain jadi cerita sedih, hehe, tapi ya itulah bagian dari perjalanannya, ada serunya ya ada gak enaknya, tapi ya gak pahit-pahit banget lah ya, hehe.

Aku langsung beres-beres tuh selesai makan, aku juga ganti baju kering, packing lagi, dan ya cari tempat buat camping, kebetulan sudah mulai petang sih, sekitar jam 6-an, tapi disana masih terang sih sebenarnya.

Lalu aku jalan kebelakang lagi, ya karena ada jalan setapak yang sudah ada jalannya, gak begitu jauh sih aku jalan kedalam dan kedengaran bunyi jatuhan air, tapi bukan air terjun yang tadi sih, tapi mungkin karena aku belum pernah kesana, jadi terasa jauh gitu, padahal ketika aku kesana lagi ya gak sampai 5 menit sih, hehe.

Dan pas sampai disana ya memang sudah gak ada orang, ada sih tapi sudah pada arah pulang, aku saja yang arah datang hehe, ya lihat-lihat dulu sih, sekalian cari lokasi yang PW, posisi wenak loh ya, jangan nethink hehe. Lalu ya aku tanya sama bapak yang ada disitu.

Aku        : pak, biasanya orang camping dimana ya?

Bapak   : biasanya disitu dek.

Bapak itu nunjuk ke arah depan air terjun, kelihatan sih lahan yang agak lapang, terus dibawah pohon besar, itu sih sudah mulai gelap, jadi yasudah deh disitu saja pikirku, gak jauh kok dari air terjun, jadi masih terasa vibes camping didekat air terjun.



Tapi aku sih gak pasang tenda, karena sepertinya cuaca malam ini akan cerah, jadi aku hanya pasang hammock, itu seperti ayunan gitu, kalau kalian suka kegiatan outdoor pasti  tahu  hammock deh. Tapi yang bahan parasut, jadi gak berat kalau dibawa. Lagian nanggung juga sih, kalau pasang tenda, karena cuma tidur bentar saja, hehe.

Yasudah karena hari semakin gelap, ya aku cari kayu, buat pasang api unggun, enak sih kalau dibayangin, camping sendiri, masak mie, sebelahan sama api unggun, suara jangkrik, suara air jatuh, sama yang bikin serem tuh suara anjing… hehe. Iya jadi bikin serem tuh, dari suaranya sih gak cuma satu dan kok ya makin deket, hehe, ya gimana, jadi serem sih sebenernya, pikiran aku jadi bayangin yang aneh-aneh, nanti kalau itu anjing liar dan gila mengejar aku gimana? aku mau minta tolong kesiapa? Itu aja sih yang bikin deg-degan, hehe, sampai lewat tengah malam aku masih gak bisa tidur, ya gimana perasaan masih gak tenang dan suasana makin dingin, cuma modal sleeping bag gimana bisa hangat, hehe, api unggun pun kalau gak dijaga bakal mati juga nanti dan kalau sudah mati nyamuk mulai nyerang, daaaaaaan namanya juga malam makin larut kan, ngantuk pun gak bisa dilawan dengan apapun, suara anjing pun sudah gak lagi dihiraukan, biarlah paling kalau dia menggonggong dan mendekat aku bakal kebangun, bahkan aku tidur di hammock bawa kayu buat jaga-jaga kalau anjing itu ada yang mendekat, heheh, ya blesssssss, dan gak tahu  apa-apa lagi, sepertinya aku sudah tertidur pulas, wkwkw.

***

Aslinya sih ceritanya masih panjang. Jadi kita sambung besok besok lagi ya. makasih banyak lho udah bersedia meluangkan waktu kalian untuk baca tulisan aku ini. Gak keberatan juga kok kalau mau di bagikan. Terimakasih ya. sehat sehat kaliaaaan.

Fyi. Untuk pengeluaran kali itu, aku habis sekitar 30 rban. Untuk persediaan makan malam dan sarapan pagi saat camping. Karena selama perjalanan, syukurnya aku dipertemukan orang baik, yang gak keberatan ngajak aku makan bareng.

7 komentar untuk "11 hari backpacker keliling sumatera barat "

  1. Next kita sambung ceritanya yaaaaa

    BalasHapus
  2. Nanti ya bacanya
    Saat situasi hening dan damai

    Semangat semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oalaaaah.... cuma komen doang... belum baca rupanyaaaa... kecewa lah

      Hapus
  3. Kelanjutan nya bg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada bang,, sabar yaaa hehehe.... kita bikin part part... biar gak kepanjangan ✌

      Hapus
  4. Balasan
    1. Adaaaa... sellow... kepanjangan kalau di tulis 1 post, jadi kita tulis bertahap

      Hapus