Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menua Berdua

sebuah cerpen yang mengungkapkan perasaan pribadi saya. dan terispirasi dari lagu Menua Berdua - Senar Senja


            “Sini biar aku aja yang ngasih, hehe.” Spontan aku balas instastory temanku yang memposting foto karangan bunga dengan pop-up yang bertuliskan “aku pernah wish gini : masih nungguin orang yang kasih bunga pertama kali ke aku”.

            Aku juga gak menebak, kode untuk siapa instastory itu. Paling untuk pacarnya pikirku, tapi belum tentu juga. Karena setahu aku, dia dan pacarnya sering kali ribut untuk hal-hal sepele. Ya… itu sih kemungkinan saja, hanya perkiraan asalku.

            Malam kemarin aku lumayan gabut. Menunggu panggilan kerjaan yang tak kunjung tiba. Sekalinya dapet kabar kerjaan, malah dadakan. Mau gak mau lah berangkat, kejar-kejaran dengan waktu yang mepet. Begitu tuh yang sering terjadi pada aku yang kerja sebagai freelance photographer. Photo apa saja, yang penting ada duitnya. Kadang photo wedding, photo produk, make video, pernah juga waktu itu dapet job aneh, diminta photo belut. Gak tau buat apaan, anehkan?.

            So, karena lagi gabut banget. Kebiasaan buat menghilangkan rasa gabut itu paling main sosial media. Buka instagram, lihat-lihat reels atau instastory orang. Biasanya instastory yang rajin aku lihat itu adalah 5 – 10 instastory orang yang profilnya muncul paling depan. Sisanya ya gak pernah aku lihat, males juga lihatin begituan sampai habis. Apalagi kalau ada yang bikin instastory banyak banget, sampai titik-titik. Mending kalau selebgram, lah ini postingan selamat ulang tahun atau selamat wisuda doang. Masa iya harus aku lihatin sampai habis. Padahalkan pointnya sama sampai akhir, hanya ucapan-ucapan itu.

Nah, kebetulan instastory Reni, yang aku komentari, muncul di deretan ketiga. Jadi secara gak sengaja aku lihat isi instastory nya. Ya itu, seperti yang tadi. Dia buat postingan foto karangan bunga, bucket gitu. Jadi aku iseng, balas lewat kolom komentar instastory. Itu juga akibat kebosanan aku malam itu, jadi suka komen-komen gak jelas, haha.

 

***

 

Tiba-tiba perutku mules, gak tahu kenapa. Padahal aku belum makan, lagipula seharian kemarin aku gak makan yang aneh-aneh. “Reseh nih perut” gerutuku dalam hati sambil beranjak dari kasur menuju toilet yang ada di dapur. Maklum, dikamarku belum tersedia toilet pribadi.

Usai berdamai dengan perutku yang mules, aku balik ke kamarku. Ah, ibu dan adikku sedang keluar rumah. Mereka sedang arisan ibu-ibu. Tadinya aku diajak. Tapi gak mau. Kejadiannya pasti sama seperti minggu lalu, lebih membosankan dibanding aku semalaman dikamar. Ya rasanya lebih baik dikamar saja, kalau ngantuk bisa langsung tidur.

Berbaring lagi dikasur sambil melanjutkan main hp. Kulihat dilayar kunci ada notifikasi dengan logo instagram. Kulihat notifikasi DM dari Reni. Ternyata dia membalas komentar aku. “Beneran? Bunga apatuh? Bunga tabur”. Haha, balasan macam apa ini pikirku sambil tertawa membaca balasan darinya. “Masa bunga tabur, harus meninggal dulu dong” kulanjutkan balasan tadi. Ya, akhirnya malam ku kemarin yang gabut, dihabiskan dengan obrolan ngalor-ngidul dengan Reni.

“Nggak, bunga tidur” kubalas candaan dia barusan.

“Mimpi dong, haha” dengan tulisan haha, aku pikir dia tertawa sungguhan dari tempat dia disana. “Beneran mana? Siniin bunganya? Kalau jauh via cargo ada, haha” wah nantangin nih anak, haha.

“Share alamat” kataku. Aku gak bisa diginiin, haha. Kalau ditantang ya ayo, hehe.

“EH BENERAN” lah, dia yang gak jelas pikirku. Melihat dia membalas dengan capslock.  Mungkin kesannya seperti dia sedang kaget kali.

            “Masih syok aku” lanjutnya. Tuh, benerkan. Dia yang kaget.

            Benar-benar aku lanjutkan dengan meminta alamatnya. Setelah dia minta untuk menunggu sebentar, aku lihat di room chat tertulis mengetik… yang cukup lama. Sedang menuliskan alamat pikirku. Dan benar, mengetik selama itu untuk menuliskan alamtanya setelah dia kirimkan alamat rumahnya padaku.

            Setelah aku dapatkan alamatnya, aku langsung cari contact person penjual bucket bunga. Setelah aku pesankan bunga yang paling cocok kurasa untuk dia, langsung kuminta untuk diantar kerumah Reni malam itu juga. Kebetulan malam saat aku komentar masih dini, sekitar pukul 8 malam. Bucket bunga itu diantar via ojek online. Gak tahu aku akan seperti apa reaksi Reni kalau nanti bucket bunga itu sampai ke dia. Tiba-tiba dapat telpon dari mamang ojek yang memberi tahu kalau mamang ojeknya sudah didepan rumah. Pasti bakal bingung bin linglung nantinya. Haha, biar saja pikirku.

 

***

 

            Setelah selesai memberikan alamatnya tadi. Aku gak lanjut untuk membalas pesan Reni di DM. Aku sibuk mengurus pesanan bucket bunga untuknya. Lalu tiba-tiba notifikasi DM dari Reni masuk lagi.

            “Eh, aku punya cerita nih. Gak tau ini kabar buruk atau aku harus bersyukur, haha.” Kata Reni, membuka obrolan kedua.

            “Kabar apa?” kutanya balik. Padahal aku biasanya paling malas untuk merespon kalau ada teman yang ingin cerita di chat. Karena aku tipe orang yang lebih suka ketemu dan cerita langsung. Ya, karena menghargai Reni yang ingin cerita malam itu, makanya aku respon dan bertanya balik.

            Dari cerita Reni, aku tahu kabar terbaru tentang dia dan pacarnya. Kalau dia dan keluarganya sempat ribut dengan keluarga pacarnya. Aku juga kurang tahu apa permasahalannya. Tapi Reni bilang kalau dia akan menunda atau mungkin akan membatalkan rencana mereka untuk menikah. Memang, beberapa waktu lalu Reni pernah bilang ke aku tentang rencana mereka ini. Aku sebagai teman dukung penuh pastinya. Apalagi menikah juga kan pilihan yang baik. Tapi yang aku khawatirkan adalah yang menjadi calon pasangannya saat ini. Walaupun aku tidak kenal dekat dengan pacarnya. Tapi aku rasa penilaianku tentang pacarnya tidak meleset. Namun aku tak pernah menyampaikan sepenuhnya ke Reni tentang penilaianku terhadap pacarnya.

            Sebab, aku merasa kalau Reni terlalu terburu-buru untuk meminta pacarnya menikahinya. Sedangkan, menurutku pacarnya masih belum siap penuh secara mental. Masih belum terlalu memikirkan bagaimana kedepannya kehidupan mereka setelah menikah. Reni meminta untuk menikah juga hanya karena ia takut kesepian. Sebab aku tahu bagaimana hubungan ia dengan keluarganya yang kurang baik. Maka dari itu dia meminta pacarnya untuk segera menikahinya karena ingin seterusnya ada yang menemani. Selain itu juga karena hal-hal yang sudah mereka lakukan selama pacaran. Tentunya hal-hal yang harusnya tidak dilakukan oleh muda-mudi dalam hubungan pacaran.

            Aku tahu hal itu dari Reni, walaupun Reni gak pernah katakan terus terang, tapi sebagai teman yang lebih tua darinya aku paham yang dia maksud. Karena aku juga pernah melakukan hal itu tentunya. Reni juga pernah cerita kalau dia sempat ingin melakukan tindakan bunuh diri dengan minum cairan pembasmi nyamuk. Ah, bodoh sekali pikirku. Dia melakukan itu karena ribut lagi dengan pacarnya, untuk kesekian kalinya. Dan saat itu ia sangat-sangat kalut, ia gak bisa menerima kenyataan kalau seandainya pacarnya batal untuk menikahinya. Saat itu Reni gak bisa berpikir jernih. Sehingga dia berpikir untuk melakukan tindakan bodoh itu. Sayangya dia kasih kabar ke aku beberapa hari setelah ia baikan dan sudah pulang dari rumah sakit. Sempat kumarahi dia, bodoh sekali kataku. “Masih banyak yang sayang sama kau, ngapain kau kek gitu.” Begitu kukatakan. Dan sejak saat itu aku yakin kalau penilaianku tentang pacarnya benar. Aku merasa yakin kalau Reni dan pacarnya gak cocok. Tapi aku gak tega mengatakan itu ke Reni, karena Reni sayang banget dengan pacarnya. Entahlah pikirku, sayang dengan benar atau sayang hanya karena takut ditinggal tanpa pertanggung jawaban atas apa yang sudah dilakukan pacarnya ke dia. Tapi aku juga pernah bilang, “kalau kau takut dia pergi dan merasa dia gak bertanggung jawab ke kau, kau yang bakal disiksa terus nantinya. Batinmu, dengan sifat dia yang seperti itu. Lagipula dia seperti ini gak sekali dua kali kan?” Sempat aku kasih nasihat ke dia saat dia cerita ke aku kalau Reni dan pacarnya ribut lagi. Yang aku pertimbangkan adalah masalah yang mereka besarkan adalah masalah sepele, hanya masalah pacarnya hilang kabar seharian, lalu pacarnya menganggap itu bukan masalah yang perlu dibahas saat Reni membahas soal itu.

            Aku pikir saling memberi kabar adalah keharusan dalam hubungan. Aku tahu gak harus tiap waktu atau tiap jam. Tapi gak ada kabar berhari-hari lalu tidak memberi penjelasan setelahnya, aku rasa itu hal yang gak bisa dianggap gak ada dan perlu penjelesan tentunya. Tapi si pacar Reni tidak peduli hal itu, menganggap seperti kemarin tidak ada apa-apa. Itu juga aku tahu dari cerita Reni.

 

***

 

            Setelah mendengarkan cerita Reni yang panjang dan lebar malam itu, seketika aku juga bingung harus respon atau balas apa.

            “Ya gak usah direspon juga gak apa-apa. Intinya aku sudah cerita dan sudah cukup lega sekarang.” Kata Reni. Karena barusan aku balas ke dia kalau aku bingung.

            “Yaudah, intinya tuh gini. Harusnya kau gak usah nunggu gimana tindakan dia lagi, mau dia minta maaf ke keluargamu atau enggak, ya sudah bodo amatin aja. Kalau kau emang sudah punya keputusan dan siap melepasnya, kenapa harus nunggu dia yang lepas duluan. Kenapa gak ambil keputusan untuk melepaskan diri lebih dulu? Lagian sebelum ini, kau kan sudah menunggu cukup lama” Begitu responku apa adanya dari cerita dia yang panjang tadi.

            “Aku siap, kalau emang dia mau pergi. Lagipula aku rasa gak sia-sia selama ini aku feeling lonely, toh akhirnya aku sendiri juga. Im fucking fine” Jelas Reni lagi, untuk mempertegas kalau dia sudah akan baik-baik saja setelah ini.

            “Ya bagus dong kalau sudah akan baik-baik saja.”

            “Eh, apa ini?” Tiba-tiba dia nanya yang aku gak tahu apa yang dia tanyakan. Lalu dia mengirimkan screenshoot chat dia dengan mamang ojek di aplikasi ojek online.

            “Emang itu apaan?” Tanyaku balik, pura-pura gak tahu. Karena Reni gak mengira kalau permintaan bucket bunga yang dia minta langsung aku kirimkan.

            “Ah… bunga….. dari kamu kan?”

            “Haha… for u. I hope u happy for sad moment before. Don’t be stupi anymore” Kukirim pesan itu untuk nyemangatin dia. Agar dia sadar kalau masih banyak orang yang sayang ke dia. Tanpa perlu memikirkan lagi pacarnya yang hilang itu.

            “Huaaaaaa, thank u a lott”. “COMEL BANGEEETTTTTT, AKU JADI SENYUM-SENYUM SENDIRI” Katanya lagi. Tapi kenapa harus capslock coba, haha aneh.

            “Iya aman, happy ya J

 

***

 

            Tapi kalau boleh jujur sih. Untuk hal yang gak pernah kusampaikan sebelumnya kesiapapun. Aku ingin bilang ke Reni kalau aku suka dan sayang ke dia. Sayangnya aku bertemu dengannya saat dia sudah punya pacar. Dan aku rasa aku bukan gentleman kalau harus berusaha merebut dia dari pacarnya. Walaupun aku tahu seperti apa sifat pacarnya.

            Jika ada kesempatan terbaik yang aku punya untuk menyampaikan perasaanku ke Reni, aku akan langsung pakai. Hanya saja kesempatan itu belum ada. Ingin sekali aku katakana padanya kalau aku menyukainya sejak kami awal ketemu. Setiap waktu, ketika dia cerita masalah dia dengan keluarga atau pacarnya aku selalu mengusahakan jadi orang yang mendengarkan ceritaya. Gak peduli aku sedang sesibuk apa, pasti akan respon. Aku juga sempat berpikir kenapa pacarnya sebodoh itu untuk menyia-nyiakan dia. Hanya peduli pada nafsu yang dia besar-besarkan.

Bahkan ketika aku punya kesempatan untuk menggantikan dirinya sebagai pasangan Reni. Aku akan jadi orang yang selalu ada untuk membuatnya bahagia. Senyum disetiap hari-harinya.

            Menurutku Reni adalah perempuan kecil yang imut. Manis, centil dan gemesin, haha. Kadang aku membayangkan hidup bersamanya sampai tua, dirumah sederhana dengan halaman yang cukup luas untuk berkebun. Tanaman apa saja, asal ada buahnya untuk dimakan saat malam sambil menatap bintang-bintang dilangit kalau malam sedang cerah. Jika sedang hujan, aku ingin duduk bersamanya di teras rumah sambil makan ubi rebus yang kita ambil dari kebun tasi sore. Secangir teh hangat untuk menemani malam kami berdua yang dingin.

            Ah, halu ku ketinggian. Aku saja tak pernah berani mengatakan kalau aku suka dengannya. Kalaupun ada, apa dia punya rasa yang sama. Aku tidak yakin. Dari cara dia cerita selama ini ke aku, aku merasa dia hanya menganggap ku sebagai kakak yang nyaman untuk di cerita. Terlihat seru, tanpa menunjukkan tanda-tanda dia menyukaiku.

            Tapi aku sempat berpikir untuk menyampaikan perasaanku ke Reni. Tidak sekarang, mungkin beberapa minggu lagi atau setelah kupastikan dia dan pacarnya sudah tak ada hubungan lagi. Aku merasa masih belum waktunya masuk sebagai orang yang menyayangi Reni. Apalagi mereka sempat merencanakan hal yang besar, menikah. Kalau memang fix mereka batal menikah. Aku harus berani mengungkapkan perasaanku. Aku ingin membuat nyata segala haluku yang ingin menua bersamanya.

Posting Komentar untuk "Menua Berdua"