Menjelajah Suku Adat Pedalaman Mentawai - Jalan Kaki Seharian ke Pedalaman
![]() |
Foto : Dokumen Pribadi |
Dan ku lanjut lah perjalanan aku, mulai tuh pelan-pelan meninggalkan pemukiman, sampai aku ketemu orang - orang yang sudah terimigrasi, ya istilahnya pemukimannya itu campur antara penduduk asli, dan bukan, ada yang dari padang, ada yang dari jawa, banyak deh,, dan mereka nanyain aku mau kemana? mau kemana?, ya aku bilang aja mau ke Madobag, dan setiap aku jawab itu reaksi mereka selalu terkejut, jauh itu, katanya, ya aku dengan santai nya menjawab " iya pak, gak papa". dan pertanyaannya berlanjut, "sendiri aja?" . begitulah sepanjang jalan.
Ya banyak medan juga yang aku lewati, setelah habis pemukiman, aku masuk ke trek kebun-kebun gitu, gak ada rumah , adanya cuma gubuk, dan itu pun didalam kebun, banyak sih tanaman kebunnya, kayak nanas, pisang, ubi kayu, ya tanaman yang bisa di konsumsi sendiri sih, karena kayaknya mereka masih mengandalkan pola hidup bercocok tanam.
Dan di bawah teriknya matahari, aku denger
dari jauh suara knalpot motor, dari suaranya sih kayaknya ini bukan motor yang
bagus, maksudnya sudah tua, dan sangat-sangat tidak dirawat, dan setelah aku
tunggu, ternyata lama juga wujud motor itu terlihat, sekitar 5 menit baru mulai
terlihat dari jauh, ternyata suaranya aja yang kenceng, tapi ternyata lajunya
lambat hehe, tapi motor itu yang akhirnya membantu sebagian perjalanan aku,
hehe, iya, karena aku coba nyetop bapak itu, dan beruntungnya bapak itu
berhenti, langsung lah aku minta bonceng sama bapak itu.
Ya seperti biasa, bapak itu nanya-nanya dulu, dan akhirnya kami boncengan, hehe. Sempat sih kami singgah-singgah di beberapa tempat, pertama berhenti di rumah temannya (mungkin), bentuknya seperti rumah tradisional dilahan yang cukup luas, yang sisa pekarangannya di tanami macam-macam, aku gak tau apa yang mereka obrolin, soalnya mereka pakai bahasa daerah, dan gak pernah kudengar sama sekali, bukan seperti bahasa minang, bukan bahasa jawa, bahasa batak juga bukan, bahasa nias juga bukan, jadi memenag asing ditelingaku, ada sih di Highlight IG kalau kalian mau cek. Jadi karena kau gak tau bahasanya, ya aku diam aja, jadi pendengar setia. wkwkw.
***
Ya mungkin 1 jam an lah aku nunggu si bapak ngobrol sama kawannya, uya dengan bahasa yang gak paham sih wkwk, jadi aku main sama anak kecil aja.
Habis dari situ, kami lanjut lagi, jadi tujuan kami tuh ke rumah si bapak itu, jadi pas di jalan kami pun sempat cerita-cerita, jadi diajak lah aku makan dulu di rumah si bapak. Ternyata rumah si bapak jauh juga dari muara. Dan rumah si bapak itu rumah terakhir sebelum aku melanjutkan perjalanan aku ke pedalaman.
Jadi, aku mampir dulu ke rumah bapak itu, dan pas banget makan siang udah di siapin, ya lumayan lah, makan siang gratis wkwkw.
Dan itu pertama kai nya aku makan sagu buat jadi makanan pokok, iyaa... jadi kalau gak salah ya, menunya itu sagu sebagai pengganti nasi, terus ada ikan, tapi dimasak nya cuma pakai bawang sama garam, terus berkuah gitu, ikannya besar, aku gak tau ikan apa namanya, sempat nanya sih kemarin, tapi sekarang lupa, gak ada arsipnya, heheh.
Ya, habis makan sempat cerita-cerita sebentar sih, sebelum aku lanjut perjalanan. ya pas aku ngelanjutin perjalanan, di tinggalin pesen, hati-hati dijalan, terus ikutin aja jalan setapak ini, nanti bakal ketemu dusun dusun gitu, kalau tujuan aku ke Madobag, paling 6 jam lagi. (dalem hati ; wih... lumayan jauh juga)
***
Lintas perjalanan, akhirnya aku mulai menapaki tanah pedalaman mentawai, track pertama aku adalah, hutan pohon sagu, dengan tanah yang lembab, dan semak pakis yang tinggi-tinggi. sebenarnya ada jalan setapak yang di bangun dari beton, tapi tidak begitu jauh. sepanjanhg perjalanan aku di sapa oleh warga lokal, sesekali mereka menanyai ku akan kemana, aku jawab dengan 1 jawaban andalanku, "saya mau ke Madobag pak". Iya, Madobag masih menjadi jawaban ku, itu adalah tempat yang di beritahu oleh dokter Santi, kalau aku ingin ke pedalaman melihat Sikerei.
Selanjutnya aku bertemu sungai, gak ada jembatan, jalan 1 1 nya ya menyeberangi sungai dengan jalan kaki, ya mau gak mau aku buka sepatu, aku sangka sungainya hanya sebatas lutut, eh ternyata setelah aku jalani, dan semakin ke tengah, ternyata sampai setengah paha, waah, ujung-ujungnya basah juga nih celana, hehe.
Lain cerita, setelah sekitar 3 dusun aku lewati, BTW, dari 1 dusun ke dusun lain, itu jaraknya sekitar 1 jam jalan kaki, dan emang gak ada akses lain selain jalan kaki, dusun itupun cuma ada beberapa rumah, gak sampai 20 sih kayaknya, dan bentuk dasar bangunannya adalah bangunan khas Mentawai, jadi masih sangat-sangat tertinggal sih.
![]() |
Foto : Dokumentasi Pribadi |
Dan akhirnya, aku kehujanan di jalan, masih di dusun sih, tapi bagian terluar, dan itu cuma ada 1 rumah, ya aku paksain aja buat mampir, ya berharap sih ada orang, paling nggak aku di tawari minum, hehe.
Eh, ternyata gak ada, aku udah ketok-ketok, ucap permisi, gak ada yang nyaut, ya akhirnya aku numpang berteduh diteras itu, tanpa permisi sih, habisnya hujannya lebat banget, dan perkiraan aku sih bakal lama, jadi mending aku bawa rebahan dulu, pikirku saat itu, eh ternyata sampai ketiduran, wkwkw, ya gimana udaranya mendukung, hehe.
Aku sih gak sadar, berapa lama aku tertidur, tapi waktu itu aku terbangun, karena dibangunin sama nenek-nenek, mungkin beliau yang punya rumah kali, disana cuma ada 2 orang aku lihat, si nenek dan 1 cewek, mungkin cucu atau anaknya.
Ya aku langsung duduk, minta maaf ke si nenek, ya kata nenek, gak papa, tapi beliau gak bisa bahasa indonesia, ya gimana, aku sih mencoba paham aja, tapi gak bisa, akhirnya ya aku iya iya aja, hehe, gak sopan kali ya. Saat itu cuacanya masih gerimis banyak, ya kalau lanjut perjalanan aku basah juga, ya sambil nunggu, aku juga dengerin si nenek ini cerita aja, dan gak lama cewe tadi keluatr, ngantar minum, air putih sih cuma, hehe, sama 1 wadah ubi rebus, dari bentuknya sih ubi jalar, ya, kebetulan aku juga lapar, ya aku ngikut dong, wkwk. lumayanlah, masih bisa dinikmati, apalagi suasananya berbeda, di rumah penduduk pedalaman, jadi vibes nya berasa. hehe.
![]() |
Foto : Dokumentasi Pribadi |
Setelah itu, mungkin 30 menitan, cuaca
sudah mulai cerah, paling rintik rintik halus, dan aku lanjut ke perjalanan aku,
ya sebelum pamit aku sempet selfie sama si nenek.
***
Halaman Sebelumnya - Halaman Selanjutnya
Posting Komentar untuk "Menjelajah Suku Adat Pedalaman Mentawai - Jalan Kaki Seharian ke Pedalaman"