Berhasil Tinggal Bersama Sikerei, Suku Adat Mentawai
Nah, ngelanjutin cerita kemarin, setelah dijamu sama si nenek itu,
ya termasuk dijamu lah, dengan sebakul ubi rebus hehe. Abis tuh kebayang deh,
tanah kuning kena hujan, hehe, lengket-lengket deh tuh disepatu, udah kayak
bajak sawah wkwkw.
Dengan
drama perjalanan yang sedikit melelahkan, akhirnya aku sampai juga di Madobag.
Dan modus ku yang selalu menggunakan kata Madobag sebagai tujuan kalau ditanya
warga lokal udah gak berlaku, iya dong, kan aku udah sampai Madobag, masa
ditanya mau kemana, jawabnya Madobag juga heheh. Akhirnya aku putar kepala dan
aku ganti menjadi, “mau nyari dokter Santi“ wkwkw. Padahal dokter Santi juga
gak merasa menunggu aku wkwkw.
Nah
tapi dengan alasan itu, membuat jalan dan niatku jadi searah. Soalnya aku
bertemu dengan bapak tua, yang sedang ada dikebun, melihatku berjalan, lalu dia
bertanya, “mau kemana?” kebetulan beliau bisa berbahasa Indonesia dengan fasih.
Aku jawab aja “mau ketemu dokter Santi pak” . lalu bapak itu pun ngasih tau
aku, kalau sepertinya hari ini dokter santi belum naik. Ya maksudnya dokter
Santi belum datang ke Madobag, soanya wilayah Madobag ini kan termasuk
ketinggian, jadi istilahnya naik bukit, kalau kearah Muara jalurnya menurun,
jadi kadang dibilang turun ke Muara, begitu sih.
Nah,
karena bapak itu ngasih tau kalau dokter Santi belum naik, akupun minta waktu
bapak itu buat ngobrol, ya akhirya kita kenalan, nama beliau adalah pak
Agustinus. Jadi kalau kawan-kawan main ke Madobag, silahkan singgah kerumah pak
Agustinus ya. Hehehe
***
Jadi
aku minta ngobrol sama pak Agustinus itu juga modus, alias PDKT, soalnya aku
mau numpang dirumah beliau. Nah yang aku bilang niat dan jalan jadi searah itu
adalah, dari awal aku niatin buat tinggal bareng sama suku Mentawai asli, nah
kebetulan dengan alasan itu, kalau aku mau ketemu sama dokter Santi, beliau pun
merespon dengan baik, ngasih tau kalau dokter Santi belom naik. Dan dia juga
nanya balik ke aku, “jadi gimana, dokter Santinya belum naik”, ya dengan melas
aku bilang gini “iya ya pak, kalau saya turun jauh lagi, apalagi udah sore,
kalau bapak gak keberatan, boleh gak saya nginap dirumah bapak”.
Dan
beliau pun malah merendah dengan baik juga, tapi rumah saya gubuk, gak ada
apa-apa nya, ya aku bilang aja, gak papa pak, cuma 3 hari aja, atau sampai
dokter Santi naik, nanti saya ikut bantu-bantu bapak aja, berkebun atau
mancing, pokoknya saya ngikut bapak aja deh.
Ya
akhirnya, di bolehin, beliau minta aku nunggu disitu sebentar, soalnya dia mau nyelesaiin
kerjaan dia dulu, yang tadi sempat berhenti karena aku ajak ngobrol hehe.
Dan
setibanya dirumah beliau, dalem hati aku bilang, “DAMMN”, ini loh yang aku
inginkan , ini yang aku impikan, tinggal di rumah adat bareng suku aslinya, hehe,
kesampaian juga, ya walaupun masih di Sumatera.
Waktu
itu kalau gak salah hari sudah mulai petang, beberapa tetangga berkumpul
dirumah pak Agustinus karena ada aku, sebab mereka juga memperhatikan aku sedari
jalan tadi. Ya aku berasa kayak artis ya, masuk perkampungannya pak Agustinus,
mungkin iya, soalnya orang luar jarang sekali terlihat didaerah sini, cuma
tetangga-tetangga aja yang setiap hari mereka temui. Ya dirumah itu banyak
sekali pertanyaan ditujukan ke aku, tapi bertanyanya dengan ramah kok, mereka
mungkin penasaran tentang aku yang backpacker ke pedalaman ini sendiri, gak
bawa apa-apa, hanya 1 carrier barang bawaan.
Ya
sampai akhirnya ada 1 bapak-bapak, yang ternyata itu adalah anaknya pak
Agustinus yang bekerja sebagai perangkat desa, nah kebetulan juga Madobag ini
terhitung sebagai desa. Makanya pusat infrastruktur ada di Madobag ini, seperti
Puskesmas, Sekolah Dasar, dan Kantor Desa. Nah, nama abang tadi tu Daniel,
first impressionnya sih garang, tegas, soalnya dia nanya aku seperti
mengintrogasi, nanyain KTP, suruh bongkar isi tas. Ya emang gak ada apa-apa,
aslinya sih buat antisipasi, ya wajar aja, siapa yang tau kalau misalnya aku
intel, atau mata-mata dari perusahaan swasta yang lagi cek wilayah yang mau di
akuisisi. Ya itu juga bang Daniel sendiri yang bilang, malah pernah
sempat ada yang dicurigai sebagai teroris. Tapi syukurnya aku aman, hehe,
akhirnya aku tetap boleh menginap dikampung itu, lebih beruntungnya menginap
dirumah pak Agustinus.
***
Posting Komentar untuk "Berhasil Tinggal Bersama Sikerei, Suku Adat Mentawai"