Hidup Itu Pilihan
Sekarang…
Aku tulis cerita ini saat aku sedang
dalam perjalanku menjelajahi Indonesia. Wah… kedengarannya keren ya “menjelajah
Indonesia” atau “keliling Indonesia”. Tapi aslinya ya gak sekeren yang
terdengar kok. Gak tau juga sih, tapi ya aku juga ngucapin makasih, bahwa
kalian sudah membanggakan aku dengan ucapan “keliling Indonesia”.
Saat ini sih aku sedang ada di
Jakarta, tepatnya sedang duduk di salah satu coffeeshop disini, The
Coffee Mine, di Jl. Pegangsaan Timur, di Jakarta Pusat. Ya setelah seharian
jalan-jalan di kota Jakarta. FYI aku sudah beberapa bulan di pulau Jawa ini, ya
walaupun gak selama 2 bulan penuh aku stay di Jakarta. Ya nomaden sih, hehe.
apalagi aku melabeli diriki dengan sebutan nomaden
life , itu sebutan untuk orang yang hidup dan tidak menetap pada 1 kota,
akan selalu berpindah-pindah dari 1 kota ke kota lain, untuk memenuhi kebutuhan
dan biaya hidupnya biasanya mereka akan mencari pekerjaan di kota dimana mereka
berada saat itu. Aku juga mendapatkan sebutan i
tu saat aku menonton bebapa film
yang mengangkat cerita nomaden life ,
seperti WILD, INTO THE WILD, 127 Hours , The Journey, The Short History of The
Long Road. Ya meskipun gak semuanya mengisahkan tentang nomaden life, tapi semuanya mengisahkan tentang petualangan dan
perjalanan.
Sejak Kapan ?
Sebenarnya sudah lama aku punya
ketertarikan pada dunia traveling, yang mungkin disebutnya dengan jalan-jalan. Tapi
yang menjadi keinginanku bukan hanya sekedar jalan-jalan untuk mengisi waktu
liburan. Tapi tentu lebih dari itu. Kalian pernah tau atau mendengar naman
Trinity Traveller, atau mungkin film nya yang berjudul The Naked Traveller yang
diangkat dari bukunya. Kalau belum tau atau belum pernah dengar nama Trinity,
coba deh setelah baca ini kamu searching di google nama itu ya.
Nah, mungkin karena tontonan aku atau
bacaan aku yang membentuk aku yang sekarang, tapi apapun itu alasannya, aku
menikmati aku yang sekarang.
2016 an aku suka dengan dunia
travelling, dan sejak tau film-film itu aku jadi mulai kepikiran untuk ingin
hidup nomaden. Ya saat itu aku belum tahu gimana caranya akan bisa bertahan
dengan hidup nomaden, ya tentu yang aku pikirkan biaya untuk hidup dan bertahan
di setiap harinya. Benarkan? Pasti itu akan jadi pertanyaan setiap orang yang
akan ditanyakan padaku ketika mereka tau kalau kau hidup nomaden.
Pernah juga waktu itu aku bekerja
untuk menabung, dan menabung juga untuk travelling, setiap perjalanan yang aku
lakukan selalu sendiri. Itulah kenapa aku percaya diri menyebutkan diriku solo
traveller, atau mungkin solo backpacker lebih tepatnya. Karena aku selalu
membawa carrier kemana-mana, sebagai identitas pastinya hehe, juga sebagai
kantong ajaib juga kuanggap, tapi bukan sehebat kantong ajaib doraemon
tentunya. Karena perlengkapan penting dan keperluan sehari-hari, selalu aku
bawa, seperti perlengkapan mandi, baju-baju, laptop juga untuk menulis blog. Makanya
dimana aja aku bisa meneruskan tulisanku.
Lalu sekarang bagaimana?
Entah sudah
berapa kali pikiranku berseteru dengan semua keinginanku ini. Terdengar aneh
dan tidak masuk akal. Akupun jarang menceritakan keinginan aku ini ke
teman-temanku, ya mungkin mereka hanya menganggap itu sekedar khayalanku saja. Sebenarnya
hal itu bisa mungkin terjadi, tapi tentu mereka berpikir aku sudah harus punya
tabungan dan investasi yang banyak untuk bisa mewujudkan hidup sebagai nomaden life . apa yang teman-temanku
pikirkan tidak salah, dan itu harusnya jadi motivasi aku untuk semangat bekerja
dan mengumpulkan uang untuk menabung dan investasi, agar bisa mewujudkan mimpi
itu.
Singkatnya setelah
semua perdebatan yang terjadi antara pikiran dan hati, overthinking dengan
semua saran teman-temanku, dan kuatnya keinginanku untuk hidup nomaden,
menikmati setiap malam dengan bintang, dan pagi berteman matahari. Atau kadang
ingin pagi ditemani deburan ombak, huuuuh, gimana? Kedengarannya seru kan?.
Hingga akhirnya
di 09 April 2022, aku memutuskan sebuah pilihan yang mungkin berat, bukan hanya
untuk teman-temanku yang sempat dekat akrab selama beberapa tahun. Aku pun
merasa itu adalah keputusan yang berat buatku. Tapi kamu harus tau bahwa
pertimbanganku atas keputusan itu bukan hanya sekedar kesenangan yang ingin aku
rasakan. Banyak pertimbangan yang akhirnya membuat aku mulai yakin untuk
memilih dan mulai menjalani hidup nomaden untuk kedepannya.
Perihal rumah
untuk pulang, keluarga, perasaan, hati, juga tentang kehidupan yang akan
datang. Apa yang aku inginkan, apa yang sudah terjadi dalam hidupku dulu, saat
ini. Semuanya aku bawa, dan aku jadikan bahan pertimbangan tentang keputusan
hidup nomaden ini.
Mungkin tulisan
ini cukup terlambat untuk aku ceritakan. Tapi tentu tetap harus aku tuliskan,
agar bisa jadi patokan, tulisan yang bagaimana yang akan menghiasi blog ini
seterusnya. Yang pasti ini akan jadi tempat untuk meceritakan perjalanan dan
hidupku yang nomaden ini.
Jaga kesehatan kamu ya…
See u next story
Pilihan yang sulit adalah menciptakan standar hidup sendiri, bukan standar hidup orang lain.
BalasHapusKalau lagi sakit gimana mas? sehat-sehat terus di man pun berada. Jangan lupa untuk kembali ke rumah sesaat jika misi telah selesai. beuhh
Iya Mas bener nih kalau dari saya sih kunci Bahagia itu nurunin standar hidup, Alhamdulillah sih selama 8 bulan perjalanan masih dikasih kesehatan terus, rencananya kalau ada rezeki nanti Lebaran baru pulang dulu
Hapus